Dwi Amalia Rahmadhani

Biasanya seorang anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya, yang sedang bekerja diperantauan atau yang telah menikah akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya. Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari? Tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Ketika masih menjadi perempuan kecil, ia yang mengajarkan ku bermain sepeda. Setelah mengganggapku bisa, ia akan melepaskan roda bantu di sepedaku. Kemudian Ibu berkata

“Jangan dulu yah, jangan lepas dulu roda bantunya”.

Ibu terlalu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah , bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya Pasti Bisa.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas,

“Nanti kita beli yah nak, tapi tidak sekarang.”

Tahukah, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi.

Ketika kau sakit, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata,

“Sudah di bilang! Kamu jangan minum air dingin!”

Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja, kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan, “Tidak boleh!” Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga. Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu. Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia. Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?
 
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut, ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu. Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang,
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah?”
 
Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Sarjana. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa, dan kamu harus pergi kuliah dikota lain, Ayah harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu? Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat. Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata,

“Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT. Kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
 
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan, kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah,

“Tidak. Tidak bisa!”

Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan,

“Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “Putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa dan telah menjadi seseorang.”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Ayah tahu bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya, saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar dan menangis? Ayah menangis karena sangat berbahagia. Kemudian Ayah berdoa dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata,

“Ya Allah, Ya Tuhanku, putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya”.

Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu.

Ayah adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis, dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "YOU CAN DO EVERYTHING!!!!" 



This is My KING <3





GOD, Please protect my dad.
He’s my best friend
He’s my hero
and he’s my everything.
GOD, Listen my story
I don’t know, how much I love him :)

My Dad,
He didn’t tell me how to live.
He lived, and let me watch him DO IT.


Thank’s for everything, Papa...

Dwi Amalia Rahmadhani
Dwi Amalia Rahmadhani
My Peter Pan, Sky.


Kau dan aku tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah. Percaya atau tidak, begitulah kenyataanya. Jangan menyangkalnya karna akan sia-sia.
Sama seperti berjalan di atas pecahan kaca, setiap langkah kita sesungguhnya hanya akan menuai luka.

Kau dan aku seperti tengah mencoba untuk membirukan senja yang selalu merah. Kita sama-sama berusaha, tetapi tidak bisa mengubah apa-apa.
Senja tetap berwarna merah dan hatiku masih saja berkata tidak. Maka, berhenti dan renungkanlah ini semua sejenak. Tidak ada gunanya memaksa. Ini akan membuatmu tersiksa dan aku menderita.

Lantas, kenapa tidak menyerah saja?
Bukankah sejak awal semuanya sudah jelas?
Akhir bahagia itu bukan milik kita.



  • - Goodbye happiness
                               


Dwi Amalia Rahmadhani
     

Goodbye Happiness


       Hari ini angin terasa berhembus dengan lembut dan sejuk. Seakan membelai dan membisikkan sebuah pesan,

          “Sky, are you live happily?” 

Aku tersenyum, "Your Tink is already grown up, sky." Aku yakin kau telah bahagia. Seperti kau, akupun telah bahagia. Cukup berada didekatnya seperti ini, aku merasa bahagia. Aku boleh merasakan itukan, Sky? Bisikku dalam hati.

          Angin kembali berhembus. Terasa begitu menenangkan. Aku tahu, anginpun ikut bahagia untukku. Aku berjanji akan hidup bahagia. Aku berjanji tidak akan melepaskan malaikatku lagi. Seperti janji Tinkerbell yang berjanji untuk selalu berada disisi Terence. Karena kali ini dia akan menjadi pendamping hidup bagi malaikat pelindungnya, bukan sahabatnya. Dia berjanji.

          And Sky, thank you for all the adventure that you gave for me. For all beautiful memory that you made. I’ll never regret all the moment that I spent with you. I will never forget you. My Peter Pan, Sky.

          Aku akan mulai merelakan waktu berjalan sebagaimana mestinya. Karna waktu tak harus milik kita :)