Dwi Amalia Rahmadhani

"Aku mencintaimu dan aku mau mewujudkannya dalam tindakan."

"Tidak usah," kataku menolak tawaran.

Lalu di lain waktu aku justru resah menanti seseorang yang ku harapkan datang, meski keberadaannya tidak pernah ku ketahui, bahkan cintanya pun tidak ku mengerti.
Aku memilih ketidak pastian dari pada kepastian. Padahal selama ini aku sendiri yang menuntut kepastian.

Ketika aku mencari kepastian, kamu datang menawarkannya. Lalu aku justru ragu memberikan kepercayaan. 
Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya ku cari.

Di lain hari aku resah mencari. 
Mencari sesuatu yang jauh, sesuatu yang bahkan tidak ku kenali. 
Sesuatu yang katanya telah disiapkan Tuhan bahkan sejak aku belum lahir. 
Dan aku tidak pernah bertanya pada diri sendiri apa mungkin Ia menciptakan kamu sebagai takdir itu?

Aku mungkin harus menghilang dari kehidupanmu agar aku menyadari apakah ada yang hilang dari hidupku. 
Kesadaran yang membuatku mengerti bahwa ada orang yang memiliki perasaan yang bahkan tidak aku rasakan. 
Bahwa ada orang yang mencintaiku kala aku takut dan bertanya-tanya, apakah ada orang yang bisa jatuh cinta padaku.

Saat mungkin kita hanya bertemu. 
Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dikemudian hari. 
Harapanku dan harapanmu mungkin saja berbeda. 
Namun, siapa sangka bila ternyata muara kita sama. 
Aku berdoa seperti itu, entah kamu. 
Dwi Amalia Rahmadhani




Dear Neptunus,
Ada yang rasanya gak pas lagi.
Ntah aku yang berubah, lingkunganku yang berubah atau dua-duanya.
Semuanya berubah sekarang Nus, pura-pura ninja udah gak kayak dulu lagi.

Duniaku berubah Nus,
Meski semua kelihatannya baik-baik saja, aku sering merasa tersesat.
Semoga ada cahaya, petunjuk jalan, rumah roti, apapun yang bisa membawaku keluar dari sini.
Karena kali ini aku mau perahu kertasku berlabu, kemanapun itu.

-kugy
Dwi Amalia Rahmadhani

Biasanya seorang anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya, yang sedang bekerja diperantauan atau yang telah menikah akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya. Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari? Tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng. Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Ketika masih menjadi perempuan kecil, ia yang mengajarkan ku bermain sepeda. Setelah mengganggapku bisa, ia akan melepaskan roda bantu di sepedaku. Kemudian Ibu berkata

“Jangan dulu yah, jangan lepas dulu roda bantunya”.

Ibu terlalu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. Tapi sadarkah , bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya Pasti Bisa.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas,

“Nanti kita beli yah nak, tapi tidak sekarang.”

Tahukah, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi.

Ketika kau sakit, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata,

“Sudah di bilang! Kamu jangan minum air dingin!”

Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja, kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan, “Tidak boleh!” Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga. Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu. Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia. Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?
 
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut, ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu. Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang,
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah?”
 
Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Sarjana. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa, dan kamu harus pergi kuliah dikota lain, Ayah harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu? Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat. Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata,

“Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT. Kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
 
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan, kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah,

“Tidak. Tidak bisa!”

Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan,

“Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “Putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa dan telah menjadi seseorang.”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Ayah tahu bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya, saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar dan menangis? Ayah menangis karena sangat berbahagia. Kemudian Ayah berdoa dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata,

“Ya Allah, Ya Tuhanku, putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya”.

Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu.

Ayah adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis, dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "YOU CAN DO EVERYTHING!!!!" 



This is My KING <3





GOD, Please protect my dad.
He’s my best friend
He’s my hero
and he’s my everything.
GOD, Listen my story
I don’t know, how much I love him :)

My Dad,
He didn’t tell me how to live.
He lived, and let me watch him DO IT.


Thank’s for everything, Papa...

Dwi Amalia Rahmadhani